Departemen Informatika FSM Undip Hadirkan Pakar Siber Malaysia: Kupas Tuntas Sinergi AI, Cybersecurity, dan Kesiapan Manusia

Posted on: 2025-11-06 08:23:10

Semarang, 4 November 2025 — Departemen Informatika, Fakultas Sains dan Matematika (FSM) Universitas Diponegoro telah sukses menyelenggarakan Visiting Professor Online bertajuk “Cybersecurity, Artificial Intelligence, and Human Readiness” pada Kamis, 30 Oktober 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program World Class University (WCU) Undip untuk mendukung internasionalisasi dan memperkuat reputasi akademik global.

Acara ini menghadirkan narasumber internasional, Prof. Ts. Dr. Omar bin Zakaria, seorang profesor dan peneliti dari Department of Computer Science, Faculty of Defence Science and Technology, Universiti Pertahanan Nasional, Malaysia. Kuliah tamu yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom ini diikuti oleh lebih dari 130 mahasiswa dari berbagai angkatan dan dipandu oleh Guruh Aryotejo, S.Kom., M.Sc., dosen Departemen Informatika FSM Undip.

Sinergi AI dan Keamanan Siber

Dalam pemaparannya, Prof. Omar membahas konvergensi krusial antara Kecerdasan Buatan (AI) dan Keamanan Siber (Cybersecurity). Ia menyoroti bagaimana AI kini menjadi alat strategis untuk mendeteksi dan merespons ancaman siber yang semakin kompleks, seperti zero-day attacks. Pendekatan teknis ini melibatkan penggunaan machine learning dan deep learning dalam threat intelligence, analisis malware, serta otomatisasi sistem pertahanan siber.

Faktor Manusia: Tautan Terlemah Sekaligus Lini Pertahanan Pertama

Menyoroti judul presentasinya, "The Weakest Link in Information Security Controls: The Human Factors", Prof. Omar secara kritis membahas dimensi Kesiapan Manusia (Human Readiness). Ia memaparkan data dari Verizon DBIR 2024 yang menyebutkan lebih dari 68% insiden keamanan melibatkan elemen manusia yang tidak disengaja (seperti eror atau kelalaian).

Ia mengkategorikan empat tipe "insider" yang berisiko:

  • Negligent Insiders: Karyawan yang tidak sengaja lalai.
  • Malicious Insiders: Karyawan atau mantan karyawan yang sengaja berniat jahat.
  • Compromised Insiders: Pengguna sah yang akunnya telah dibajak.
  • Third-party Insiders: Vendor atau mitra yang memiliki akses internal.

Menurut Prof. Omar, insider sangat berbahaya karena mereka memiliki akses yang sah (legitimate access), sehingga sulit dideteksi oleh sistem pertahanan tradisional seperti firewall.

Mitigasi Komprehensif: Dari 'Zero-Trust' hingga Model Tata Kelola

Sebagai solusi, Prof. Omar menekankan pentingnya berbagai lapisan kontrol keamanan. Ini mencakup langkah-langkah teknis seperti Role-Based Access Control (RBAC), Principle of Least Privilege (PoLP), User Activity Monitoring (UAM), dan penerapan arsitektur Zero-Trust Security (ZTSA) yang berprinsip "Never trust, always verify”.

Selain itu, ia menegaskan bahwa teknologi saja tidak cukup. Diperlukan pelatihan kesadaran (awareness training) yang berkelanjutan untuk mengubah karyawan dari "tautan terlemah" menjadi "lini pertahanan pertama”.

Secara unik, Prof. Omar juga mengusulkan pendekatan tata kelola yang diadaptasi dari Model Lee Kuan Yew, yang menekankan pada disiplin, sistem yang kuat (bukan ketergantungan individu), dan akuntabilitas untuk mengurangi risiko faktor manusia di organisasi.