Pelatihan Pola Pikir Komputasional sebagai Upaya Peningkatan Generasi Kreatif dan Problem Solver untuk Siswa Peminatan Informatika di SMA Negeri 1 Boyolali
Posted on: 2025-06-03 10:47:12
Dalam menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 dan era kecerdasan buatan (AI), keterampilan berpikir komputasional menjadi salah satu kompetensi kunci yang perlu dikuasai oleh generasi muda. Namun, banyak siswa yang masih mempelajari informatika sebatas pada penggunaan perangkat lunak tanpa memahami logika dan struktur berpikir di balik teknologi yang digunakan. Termotivasi dari hal tersebut, Tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Departemen Informatika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (FSM UNDIP) menyelenggarakan pelatihan pola pikir komputasional bagi siswa SMA Negeri 1 Boyolali. Tim pengabdian tersebut terdiri dari Dr. Yeva Fadhilah Ashari, S.Si., M.Si., Edy Suharto, S.T., M.Kom., Dr. Aris Puji Widodo, S.Si., M.T., Yunila Dwi Putri Ariyanti, S.Kom., M.Kom., dan Adhe Setya Pramayoga, M.T.
Pelatihan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2025, di Laboratorium Komputer SMA Negeri 1 Boyolali. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kreatif pada siswa kelas XI peminatan informatika. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Sekolah, Bapak Bambang Prihantoro, S.Pd., M.M., di aula sekolah. Setelah pembukaan, pelatihan dilanjutkan di laboratorium mulai pukul 09.45 hingga 12.00 WIB. Pelatihan ini diisi oleh Edy Suharto, S.T., M.Kom., sebagai narasumber dengan pendekatan interaktif dan praktik langsung. Dalam kegiatan tersebut, para siswa diajak mengerjakan berbagai tantangan dalam berpikir komputasional melalui platform Bebras yang dirancang untuk mengasah logika dan kemampuan pemecahan masalah.
Dalam pelatihan ini, siswa diperkenalkan pada empat elemen utama berpikir komputasional, yaitu:
- Dekomposisi, yaitu memecah persoalan besar menjadi bagian-bagian kecil agar lebih mudah dianalisis.
- Abstraksi, yaitu menyaring informasi penting dan mengabaikan hal yang tidak relevan untuk menyederhanakan kompleksitas.
- Pengenalan pola (pattern recognition), yaitu mengenali kemiripan antar masalah untuk mempercepat pencarian solusi.
- Perancangan algoritma, yaitu menyusun langkah-langkah logis dan sistematis untuk menyelesaikan masalah secara efisien.
Keempat prinsip tersebut menjadi fondasi utama bagi siswa untuk memahami cara kerja komputer dan logika sistem. Dengan membekali siswa kemampuan ini sejak dini, mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga mampu menjadi pencipta solusi berbasis teknologi. Pola pikir komputasional juga relevan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menyusun rencana, memecahkan masalah sosial, atau merancang strategi bisnis. Menurut laporan World Economic Forum, keterampilan seperti pemecahan masalah kompleks, berpikir kritis, dan literasi teknologi merupakan kompetensi utama yang dibutuhkan di masa depan. Oleh karena itu, pelatihan ini menjadi salah satu langkah strategis dalam mendukung kesiapan siswa menghadapi perubahan global yang cepat dan tidak pasti.
Evaluasi pascapelatihan menunjukkan antusiasme siswa terhadap materi. Sebagian besar peserta berhasil menyelesaikan tantangan Bebras dengan baik dan menunjukkan antusiasme tinggi untuk mendalami bidang informatika. Secara garis besar, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) nomor 4, yaitu
“Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkualitas serta mendorong kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua.”
Pelatihan ini secara nyata memberikan kontribusi terhadap peningkatan literasi digital dan pengurangan kesenjangan akses teknologi di tingkat sekolah menengah. Diharapkan pelatihan ini bisa menjadi langkah awal dalam membentuk pola pikir siswa yang logis dan adaptif di era digital.